KAKI DIABETIK
Sangatlah penting untuk melakukan pemeriksaan denyut nadi
kaki pada pasien dengan DM. Semua pasien dengan DM diatas usia 50 tahun harus
di periksa ankle-brachial index (ABI),
dengan ada atau tidaknya ulkus diabetikum. Indeks tersebut diukur
dengan menghitung rasio tekanan sistolik tertinggi di ankle dibagi dengan tekanan tertinggi di lengan. Normal ABI berkisar antara 0,9–1,3 , nilai kurang dari
0,9 menandakan adanya PAD. Pada DM, atherosklerosis dapat menyebabkan
terjadinya kalsifikasi arteri yang berat dan ABI berada diatas normal (> 1,30). Untuk mendiagnosis PAD itu perlu
dilakukan pemeriksaan dengan TBI (toe-brachial
index), yang bila dikombinasikan dengan hasil anamnesis dan pemeriksaan
fisik merupakan salah satu cara diagnosis non invasif yang dapat dipercaya.
Ulkus pada kaki diabetik dapat di bagi atas :
Ulkus Neuropati
Ulkus
neuropati biasanya muncul pada sisi plantar dari telapak kaki dibawah kaput
metatarsal atau sisi plantar dari jari-jari. Penyebab paling sering dari
ulserasi adalah tekanan mekanik berulang saat berjalan yang menyebabkan
terbentuknya kalus, suatu lesi preulseratif pada kaki neuropati. Bila dibiarkan
menjadi tebal, kalus akan menekan jaringan lunak dibawahnya dan menyebabkan
ulserasi. Suatu lapisan keputihan, maserasi, jaringan yang lembab ditemukan
dibawah kalus, yang merupakan indikasi untuk dilakukan pengangkatan segera
terhadap kalus tersebut. Bila kalus tidak diangkat, dapat terjadi proses
autolisis inflamasi dan hematoma yang terjadi dibawah kalus. Hal ini
menyebabkan terjadinya nekrosis jaringan, berupa suatu rongga kecil yang berisi
cairan serous, memberi penampakan seperti lepuhan dibawah kalus. Pengangkatan
kalus menampakan ulkus.
Ulkus
Neuroiskemik
Ulkus
neuroiskemik seringkali terlihat pada tepi kaki, khususnya di permukaan medial
dari sendi metatarsophalangeal pertama dan diatas sisi lateral sendi
metatarsophalangeal kelima. Dapat juga muncul di jari dan dibawah
kuku kaki bila kuku tersebut menjadi lebih tebal. Tanda klasik dari preulserasi
pada kaki neuroiskemik adalah kemerahan dikulit, yang seringkali disebabkan
karena sepatu yang sempit atau bentuk slop, menimbulkan gesekan berulang pada
sisi dari kaki. Tanda awal dari ulserasi iskemik adalah lepuhan superfisial
yang timbul sekunder akibat gesekan.
Prinsip
amputasi untuk ulkus kaki diabetikum adalah melakukan tindakan amputasi
sedistal mungkin. Hal ini mempunyai keuntungan yang potensial dalam mengurangi
ukuran dan berat dari alat prosthetik, memperbaiki kapasitas fungsi secara umum
dan mengurangi energi yang diperlukan saat berjalan.
Kombinasi dari proses ulserasi dan sepsis pada kaki iskemia
mempunyai risiko tinggi terjadinya gangren, dan penilaian awal terhadap
vaskularisasi serta penatalaksanaannya merupakan kunci untuk menghindari
terjadinya amputasi mayor.
Penentuan level amputasi dilihat dari kondisi umum
pasien. Besarnya energi yang dibutuhkan untuk mobilisasi sesuai dengan level
amputasi. Pada pasien usia tua dengan penyakit penyerta yang komplek, tidak
dianjurkan mobilisasi apabila dilakukan amputasi pada level proksimal. Jika
pasien mempunyai fungsi kognitif, keseimbangan, kekuatan dan motivasi umtuk
mobilisasi, maka level amputasi dilakukan sedistal mungkin pada bagian yang
sehat untuk memaksimalkan fungsi. Tetapi pada pasien yang immobilisasi,
sebaiknya dilakukan amputasi transfemoral atau disartikulasi lutut karena
mempunyai resiko yang lebih rendah .
Proses penyembuhan luka merupakan
suatu proses yang kompleks, pada ulkus diabetikum membutuhkan suatu
angiogenesis, deposisi dari matriks ekstraseluler, kontraksi dan epitelisasi.
Luka yang telah sembuh secara ideal mempunyai struktur anatomi yang normal,
fungsi dan rupanya. Luka yang telah
sembuh dicirikan oleh adanya perbaikan fungsi dan anatomis, tidak ada kalus
atau drainase dan telah mengalami proses
epitelisasi penuh. Menurut International Consensus on the
Diabetic Foot 2003, batasan dari sembuh adalah epitelisasi yang terjadi tanpa
eksudat atau epitelisasi yang dapat dipertahankan dalam waktu 28 hari.
Oleh : Mulawardi